Rabu, 16 Oktober
2002 seorang anak perempuan akan pergi meninggalkan kota kelahirannya yang
menyimpan banyak kenangan manis, kecut, dan pahit. Tempat dimana dia sering
berbagi bersama teman-temannya, tempat dimana dia bisa mengekspresikan dirinya,
berkreasi, mengenal lebih banyak hal, dan tempat dimana dia bisa selalu belajar
tentang kehidupan.and dia adalah gw, GITA LESTARI. Kekakuan dalam hati ini,
lemah tak berdaya, sedih tapi tak bisa mengeluarkan air mata karena paksaan
dari situasi. Kepergian ini tidak bisa dikawali oleh orang-orang yang gw sebut
sahabat, waktu gw terasa mati kaku.
Ingin rasanya mengucapkan kata selamat tinggal kepada mereka yang selalu
menemani gw dan gw temani, tapi apalah daya. Waktu kepergian gw bertepatan
dengan hari sekolah. Membantu ibu dan kakek mengemas barang kedalam mobil
yang akan membawanya pergi. Gw Menoleh perlahan kerumah disebelah rumah gw,
rumah santi sahabat gw. Terbayang hari-hari yang telah gw lakukan bersama
sahabat-sahabat gw disana , hari-hari yang sebenarnya begitu tak ingin menjadi
hilang dari gw. Kaki gw bergerak membawa tubuh ini pada sebuah batu bata kecil
didepan pagar rumah santi, gw ambil batu bata kecil tersebut. Pikiran ini menggerakkan
tangan gw untuk menulis sebuah nomor
telpon didinding pagar *sedih... menyudut diruangan sambil merangkul kaki*. Tertera terang nomor telepon rumah tante yang akan
ditujukan. Selang waktu berganti, tiba waktunya gw untuk pergi. Dari dalam
mobil gw melihat ibu berpamitan dengan mama santi dan beberapa ibu-ibu lainnya.
Dalam hati gw berkata, ibu gw bisa menangis lalu kenapa gw tidak. Mana
sahabat-sahabatku, ingin ku memeluk mereka dan menatap mereka untuk yang terakhir
kalinya. Sekali lagi, perasaan sedih ini tak mampu terungkap. *buset, gw jadi sedih dan galau lagih*
Sesampainya
dikapal, diri ini mencoba menenangkan diri. Memandangi lautan yang luas dari
jendela kecil kapal. Perlahan gw mulai merasakan kapal itu semakin menjauh
membawa gw pergi menjauh. gw coba melakukan banyak hal, sampai tiba waktu
dimana diri ini ngin sekali membaca surat-surat pemberian sobat tersayang. Gw
baca satu persatu, dalam surat menyataka perpisahan. Sebuah perpisahan yang gak
pernah gw duga. Gimana tidak, Gw kenal mereka dari gw dan mereka masih pada
dalam orok. Kami lahir silih berganti ditahun yang sama, tapi ada juga yang
setahun dibawah kami. Hari berganti
hari, akhirnya gw sampai dikota tujuan. Dalam pelabuhan, ayah, om dan tante gw
menanti kedatangan kami. Beberapa hari berlalu, takbisa gw lupakan dan tak bisa
gw tinggalkan rasa rinduku terhadap mereka yang gw tinggalkan. Selama ini gw
bermain, berbagi, berantem, berselisih, belajar, berjalan bersama bareng
mereka. Kini gw cuman sendiri, cumin bisa bertandang dalam sebuah rumah. Tanpa
lingkungan yang bisa mengalahkan lingkungan qw dulu. Karena tak bisa membendung
rasa rindu, gw jadi sering curi-curi telpon untuk nelpon ke santi atau dian. Sampai
bayaran telpon gw tinggi yang akhirnya gw dimarahin sama ibu gw. Sesekali
mereka juga nelpon gw dengan nyuri-nyuri telpon rumah *memegang sepanduk bertuliskan "jangan hukum kami, jangan penjarakan kami"*.
Akhirnya gw
dapetin sekolah baru, rasanya berat dan canggung. Mendadag gw jadi kaku dan
sulit beradaptasi. Rasa untuk berbicara jadi berat, hanya berdiam diri dibangku
yang gw duduki dan menjawab pertanyaan teman-teman gw tentang asal dan nama gw *berlaga polos*.
Berlalu-berlalu dan berlalu, tetap saja masih dengan rasa yang sama. 4-5 tahun
berlalu rasanya masih saja sama, rindu yang besar dengan mereka. Tapi ditahun
2006 atau tepatnya liburan semester smp untuk naik ke kelas 3 gw sempat
berlibur ke Bandung. Dan disitu gw mendapat kesempatan bertemu dengan santi.
Dia sudah berubah, dari yang gw tau dia masuk salah satu smp pesantren di Bogor. Sekarang dia berjilbab, semakin tinggi tapi
tetap kurus dan putih, dia juga pandai bahasa arab*anak pesantren gitu lho*. Saat ketemuan, gw berasa
canggung tapi bahagia luar biasa. Tapi tetep ajah, rasa canggung meracuni ,
membuat gw tak mampu melakukan hal-hal yang ingin gw lakukan saat bersamanya.
Diri ini bagaikan mati rasa atau bisa dibilang menjadi merasa asing dengannya.
Kami sempatkan jalan-jalan bersama, bercerita banyak hal, saling mengenal
kembali. Singkat, tapi sungguh nikmat.
Pernah juga, Salah seorang teman dekat gw datang berkunjung
ke kota kelahiran orang tuanya dan karena dia harus melalui kota ini sebelum
dia kekota yang dituju, kamipun bertemu. Saya dan ibu menjemputnya. Kami bernjak menuju
rumah ku. Saat itu tepat seminggu setelah hari kelahiran gw. Diatas sebuah beca
kami berbincang hebat melepas rasa rindu. Lalu sebuah kalimat tak terduga
muncul dari mulut rahma, katanya “oh ia… maaf yah git. Happy birthday yah”. Gw
cuman bisa bengong sambil terseyum. Dalam pikiran gw berkata hebat “wow…. Dia
mengingatnya”. Gw ma rahma juga pernah bertemu lagi sewaktu kami masih duduk
dibangku SMA, kalo gak salah kelas 1 SMA.
Tapi kali ini rasanya berbeda, mungkin karena sudah terlalu lama tak
bertemu dan sudah semakin dewasanya kami. Kami benar-benar merasa canggung.
Bercerita dengan kecanggungan dan berfoto dengan kecanggungan. *malu-malu tapi mau gw*
Surat-surat dari
santi, nisa, rahma, dan beberapa teman masih gw simpan rapih dalam sebuah
kotak. Tetapi suatu hari disaat ibu dan ayah gw berbenah barang-barang tak diperlukan,
mereka membuang surat-surat itu. Dan beberapa barang kenang-kenangan gw. Kata
mereka kalo disimpen terus nanti ingat terus, tapi nyatanya setelah dibuah
tetap saja ingat. Gw sempet ngambek sehari karena surat-surat gw dibuang *langsung suram tiba-tiba, berasa menjauh dan berada ditempat yang gelap*. Tapi
kenang-kenangan santi masih ada sampe sekarang *terpajang tangguh dimeja belajar gw lho san*. Semakin berjalannya waktu, gw
mengikuti kehebatan zaman *gw khan gak mw kalah ma anak gehol*. Gw ikut main jejaring social, dan akhirnya gw
menemukan mereka satu persatu. Kami pun menjadi dekat kembali, mereka kini
sudah berubah drastis. Tapi yang paling gw sedihin,mereka sudah tidak bermain
bersama lagi stelah kepergian gw. Mau gimana lagi antara santi dian dengan
rahma ma nisa cuman gw penghubungnya. Tapi setidanya mereka tetep saling
sapamenyapa. Yang paling menghebohkan gw, sobat cowok gw si risky atau yang
sering gw sebut abang yang dulunya suka
bikin gw atau santi ma dian nangis, cowok yang kasar dan keras kepala kini
berubah menjadi sosok yang romantis, kalem, dan baik banget. Dia jadi lemah
gemulai terhadap perempuan dan halus serta penyayang. Gw sempat terpaku
dengannya, tapi sobat gw yang satu ini adalah sesosok pria yang dikagumi banyak
wanita dan punya banyak pacar. Ini menjadi Suatu hal yang benar-benar tak
disangka *jangan GEER lu bang*. Beberapanya juga begitu, si eka yang dulu sering dibilangin anak
cacingan karena kurusnya yang terlalu, sekarang dia sudah menjadi anak gaul.
Punya band dan studio music yang bisa disewa. Si aga yang dulu keriting terus
pendek, nakal, dan suka bikin keributan (khususnya ma gw) sekarang berubah jadi
anak yang super duper di fans_in sama cewek-cewek. Dia mendadag ganteng, gaul,
dan staylis, kalem dan jual mahal. Si firman, rani, sinta, teta ma aa (rifi)
masih ajah sama dengan yang dulu. Tapi mereka kini semakin dewasa dan mampu
berpikir lebih. Si firman ma si aa juga udah gak cengeng dan melepaskan mereka
dari jabatan anak bawang. Si aa juga menjadi sesosok lelaki gantengnya ciceri
sekarang. Si dian, nisa, sama the mesa sudah berubah menjadi sesosok wanita
yang cantik dan pintar. Punya banyak pacar dan staylis, tapi nisa cuman punya
satu pacar.
Dan gw.. gw
sendiri gak tau apa yang berubah dari gw sekarang apa. Hanya ukuran tinggi dan
berat badan yang tampak berubah. Ade gw juga demikian, tapi dia kini sudah gak
bencong. Ade gw dulu dibilangin bencong karena kecengengannya, kemanjaannya,
dan selalu dikalah berantem sama si sinta adenya santi *sttttt, ini rahasia perusahaan lho. jangan diumbarkan.*. 9 tahun 5 bulan 152
hari masih saja terasa sama. Gw masih
merindukan mereka, ingin kemballi ke mereka, ingin bersama mereka. Mungkin ini
sebuah pengaruh 9 tahun 5 bulan 152 hari gw tinggal dimakassar ini. Tidak ada
satupun hal istimewa yang bisa mengalahkan keistimewaannya kota serang. Gak ada
yang bisa lebih menarik perhatian gw dari perhatian gw di kota serang. Hanya
berdiam diri dirumah, keluar apa bila pergi sekolah, kuliah, kewarung tau
bahkan kerumah nenek. Bahkan tetangga gw ajah cumin sedikit yang mengenal ku.
Bagaikan sebuah tubuh yang berada di selatan dan nyawa berada di utara. Yah
itulah gw. Meski gw punya beberapa sobat disini, tapi rasa rindu gw pada mereka
lebih meracuni. And now I just hope can visit and meet they dengan cepat.
I MISS YOU MY
BEST FRIENDS and MY TOWN, DON’T FORGET ME…………. ^^_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar